Review Buku Kamu Tak Harus Sempurna, Anastasia Satriyo, Psi
Salah satu keuntungan hidup di era keterbukaan informasi seperti sekarang, remaja dan dewasa muda memiliki akses untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan mental. Salah satunya kemudahan mengakses buku-buku psikologi.
Zaman saya dulu, sangat amat jarang buku-buku yang membahas kesehatan mental berbahasa Indoneasia yang ditulis langsung oleh pakarnya. Kalaupun ada biasanya dalam bahasa Inggris, ataupun melalui text book yang tidak bisa dibaca secara umum.
Kali ini saya akan mereview buku psikologi populer yang ditulis khusus untuk kalangan remaja dan dewasa muda.
Identitas Buku
- Judul: Kamu Tak Harus Sempurna
- Penulis: Anastasia Satriyo, M.Psi., Psi.
- Editor: Taufan harimurti
- Penerbit: Yrama Widya
- Tahun: 2020
- Tebal: 110 halaman
- ISBN: 978-623-205-260-4 (PDF)
Tentang Penulis
Anastasia Satriyo adalah seorang Psikolog Anak dan Remaja lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yang telah menulis beberapa buku seputar kesehatan mental. Aktif di media sosial dan sering membagikan konten seputar mental terutama kondisi ADHD dan neurodivergent, termasuk pada orang dewasa.
Apa yang dibahas dalam buku ini??
Buku dengan tebal 110 halaman dalam versi digitalnya ini berisi banyak pembahasan yang berkaitan dengan mental health yang dijelaskan secara singkat padat. Khususnya mental health pada usia remaja dan dewasa muda.
Membahas secara sekilas depresi di usia remaja, strategi untuk kecemasan, mengenal ragam emosi, soal cinta, reparenting inner child yang terluka, self-care dan bermacam-macam topik seputar psikologi lainnya.
Yang agak surprise buat saya, di buku ini menyinggung soal kondisi ADHD. Masalah psikologis bawaan yang sering muncul di masa kecil namun banyak yang berlanjut sampai dewasa. Ini gak begitu ramai dibicarakan, padahal bisa jadi underlying condition dari depresi klinis di saat dewasa, apalagi kalau kurang tertangani atau tidak ketahuan hingga gejalanya mengganggu di kehidupan dewasa.
Ditulis pada awal-awal masa pandemi, jadinya cukup relate dengan kondisi saat itu yang penuh kepanikan, kecemasan dan tekanan-tekanan hidup yang bisa mentrigger mental health kita.
Ada beberapa poin yang saya highlight dari buku ini, antara lain:
Mengenali dan Mengelola Emosi
Untuk bisa mengelola emosi, kita butuh mengenali emosi kita terlebih dahulu. Kita butuh mengenal dan memberi nama emosi yang dirasakan. Untuk emosi marah, kita butuh mengenal intensitas amarah kita (skala 1-10).
Menurut Susan Whitbourn PhD, kemampuan mengenali emosi itu krusial untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan kehidupan.
Self care emosi adalah upaya kita untuk menyadari, menerima dan memberi ruang untuk kita merasakan emosi. Emosi tidak boleh diabaikan, karena dia akan terus menghantui kita. Emosi hendaknya diberikan waktu sejenak dan disadari kehadirannya, sehingga ia bisa dengan hilang perlahan
Self care emosi juga merupakan salah satu re-parenting diri bagi kita, yang mungkin saat kecil jarang/tidak pernah didengarkan, divalidasi dan ditenangkan emosinya oleh orangtua. Sehingga saat kita besar kita tidak tahu apa yang harus dilakukan saat emosi muncul.
Salah satu cara memproses dan menyalurkan emosi kita secara sehat melalui teknik bernapas, bergerak, atau menuliskannya.
Bernapas
Bernapas dengan benar penting bagi perasaan kita dan mampu mengurangi stress dan kecemasan. Bernapas dengan benar butuh latihan, dengan postur tubuh yang benar, napas yang dalam dengan ritme yang lambat,
Cobalah bernapas dengan formula 4-4-4: 4 detik tarik napas, 4 detik tahan napas, 4 detik menghembuskan napas.
Bergerak
Perasaan mempengaruhi cara kita bergerak. Misalnya orang depresi cenderung lelah dan lambat, sedangkan orang yang cemas cenderung terburu-buru atau malah mematung.
Bergitupun sebaliknya. Bergerak juga mempengaruhi perasaan kita. Maka, orang dengan kondisi-kondisi mental tertentu butuh bergerak dengan sehat dan tepat.
Menurut Pillay (2016), gerakan tubuh yang melatih koordinasi, keseimbangan dan fleksibilitas dapat mengurangi depresi yang dirasakan. Misalnya orang yang berolahraga pada level moderat mampu meningkatkan energi dan mengurangi gejala depresi.
Scarcity Mindset vs Abundace Mindset
Scarcity mindset adalah pola pikir tidak akan pernah merasa cukup, baik dalam hal uang, makanan, uang, emosi, dan apapun yang ada di dunia ini dianggapnya terbatas. Orang dengan scarcity mindset meyakini bahwa mereka tidak punya pilihan dan merasa seolah-olah korban.
Sedangkan abundance mindset adalah pola pikir yang berkecukupan atau berkelimpahan, mampu melihat hidup dari perspektif yang lebih luas, dan dengan peluang yang lebih besar.
Orang dengan abundace mindset adalah orang yang tidak terluka dengan keberhasilan orang lain, karena mereka yakin masih ada peluang di luar sana yang bisa membuat mereka berhasil juga. Sedangkan orang dengan scarcity mindset adalah seorang yang kompetitif, melihat orang lain sebagai saingan bagi dirinya.
Pencarian Jati Diri Remaja dan Dewasa Muda
Menemukan dan mengembangkan identitas diri mulai dari masa remaja sampai dewasa muda sangatlah penting. Remaja dan dewasa muda butuh mengenali diri mereka, apa cita-citanya, tujuan hidupnya, sekolah dan karir yang ingin dicapai, karena masa-masa ini tidak akan bisa terulang lagi seumur hidup.
Seorang anak sering terjebak antara menjadi dirinya sendiri atau menjadi diri yang ideal versi orangtua. Perlahan anak tidak akan mengetahui apa yang sebenarnya menjadi keinginannya, cita-citanya, jati dirinya karena terlalu dikontrol oleh keinginan orangtua dan lingkungan tempat ia dibesarkan.
Bagi individu tertentu, kesempurnaan yang dituntut oleh orangtua dan lingkungannya bisa memberikan dampak negarif seperti depresi dan rasa rendah diri.
Kekuatan Diri (core values)
Kita perlu mengenali kekuatan diri kita agar mampu bertahan di saat sulit. Disebut core values, karena kekuatan kita digerakkan oleh nilai-nilai utama yang kita miliki. Inilah yang akan menuntun perilaku, keputusan dan tindakan kita.
Core values tiap orang bisa berbeda-beda, seperti realistis, keterbukaan, kebijaksanaaan, bersyukur, harapan, kebaikan, intuisi, kontribusi, cinta, dll. Kita perlu mengenali values mana yang paling menggambarkan siapa diri kita.
ADD/ADHD (Attention Deficit Disorder/Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)
ADD/ADHD adalah gangguan neurologis pada otak yang bersifat genetik dan menetap. Ada tiga tipe ADD/ADHD: inatentive type (sulit berkonsetrasi, tetapi tidak punya gejala hiperaktif, lebih sering pada anak perempuan). Hyperactive/impulsive type (lebih sering pada anak laki-laki). Dan combine, kombinasi dari kedua tipe.
Gejala umum ADD/ADHD
- Merasa restless, sulit diam, ingin selalu aktif, kaki bergerak-gerak kalau menunggu lama
- Lebih sering bertindak dulu baru berpikir.
- Memiliki masalah konsentrasi, seperti mudah terdistraksi, sulit menyelesaikan sesuatu, mudah bosan, pelupa.
- Mengalami kondisi seperti ini di hampir sepanjang hidupnya, bukan di waktu-waktu tertentu saja.
"ADHD is nor a choice. Kids with ADHD, work twice as hard as their peers everyday, but receive more negative feedback from the world" - Hal 72
Review dan Rating
Sebenarnya ini lebih ditujukkan untuk remaja dan kalangan dewasa muda alias emerging adult (menurut buku ini batas usianya 24 tahun). Tapi tentu masih bisa dibaca untuk usia di atas itu, namun pembahasannya memang superfisial saja.
Terutama buat yang sudah terbiasa membaca buku non-fiksi yang agak mendalam, mungkin buku ini bisa dibaca dalam sekali duduk. Buat pembaca non-fiksi pemula terutama topik kesehatan mental, mungkin ini cocok dibaca meski sudah di luar rekomendasi usia.
Buku ini saya beli di Playbooks, jadi tentu saja dalam bentuk digital ya. Sejauh ini tidak ada kendala seperti yang biasa ditemukan pada buku-buku e-book original. Jadi, buku Kamu Tak Harus Sempurna versi digital bisa terbaca dalam kondisi baik.
Kelebihan buku
- Layout fullcolor, menarik untuk pembaca muda
- Buku psikologi yang direkomendasikan untuk remaja sampai dewasa muda dengan gaya bahasa yang santai dan materi yang singkat, padat dan mudah dicerna.
- Harganya relatif murah, versi digital yang saya beli di PlayBooks saja dapat diskon cuma 25 ribu saja.
Kekurangan
- Penggunaan huruf kapital di buku ini agak mengganggu. Mungkin tujuannya sebagai penekanan kata, namun sebaiknya tetap menggunakan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena ini tetaplah sebuah buku bukan microblog media sosial. Saran saya, penekanan kata atau kalimat sebenarnya bisa saja menggunakan bold atau highlight, bukan huruf kapital.
- Kurang relate untuk saya pribadi
Rating Minimareads
⭐️⭐️ 2/5
*****
Itulah review singkat e-book Kamu Tak Harus Sempurna karya psikolog Anastasi Satriyo. Kalau kamu seorang remaja yang sedang mencari informasi tentang mental health atau pemula dalam membaca buku-buku self help, buku ini mungkin lebih cocok.