Pengalaman Decluttering Mainan Anak (Bagian 2): Proses Menyortir dan Beberes

Table of Contents
Kumpulan mainan plastik anak-anak yang akan dibereskan

Hari Sabtu lalu, saya dan anak-anak memutuskan untuk melakukan decluttering mainan lagi.

Sejak menjalani hidup minimalis sekitar tiga tahun lalu, sepertinya ini sudah jadi kali keempat kami decluttering mainan. Saya masih ingat betul, saat pertama kali melakukannya, wah, benar-benar menguras tenaga. Terlalu banyak yang harus dibereskan, dan saya bingung harus mulai dari mana. Waktu itu, rasanya butuh waktu lebih dari seminggu buat beresin mainan saja :’)

Dulu, mainan anak-anak adalah kategori barang terbanyak di rumah ini. Wajar saja, karena sejak bayi hingga awal SD, saya menerapkan zero gadget pada anak-anak. Jadi, mainanlah yang menjadi teman bermain utama mereka.

Sekarang mereka lebih suka bermain game, jadi keinginan membeli mainan baru juga jauh berkurang. Dan karena jumlah mainan makin sedikit, proses decluttering-nya pun terasa lebih mudah.

Proses Decluttering Mainan Anak

Setiap kali melakukan decluttering mainan, saya selalu melibatkan anak-anak. Biar mereka sendiri yang memilih mana mainan yang masih ingin dimainkan, dan mana yang sudah tidak lagi.

Tentu saja, kadang masih ada sesi tawar-menawar. Misalnya, salah satu anak saya ingin tetap menyimpan mainan yang sudah kumal karena dia masih menyukainya. Sebagai ibu, saya agak risih melihat anak masih menyimpan mainan yang sudah kotor. Tapi di situ saya biasanya akan mengajak dia untuk mempertimbangkan kembali.

Beberapa kali, sesi tawar-menawar ini berakhir sukses, anak mau mendonasikan mainannya, bahkan rela membuangnya karena memang sudah tidak layak diberikan ke orang lain. Tapi, lebih sering ditolak juga sih, haha.

Saya sendiri tidak bisa memaksakan. Saya yang sudah dewasa saja masih sering kesulitan membuang barang-barang sentimental, meskipun kondisinya sudah tidak layak. Jadi ya… dijalani saja pelan-pelan.

Ada beberapa tahap yang biasanya saya lakukan saat decluttering mainan anak-anak:

  1. Kumpulkan semua mainan di satu tempat
  2. Sortir mainan yang masih dimainkan dan yang sudah tidak ingin dimainkan lagi
  3. Membereskan mainan yang masih dimainkan dengan rapi
  4. Mainan yang tidak dimainkan lagi: buang, jual atau donasikan 

1. Kumpulkan semua mainan di satu tempat

Kumpulan mainan anak-anak yang berantakan siap dibereskan

Pertama yang harus saya lakukan adalah mengeluarkan semua mainan dari box dan lemari dan mengumpulkan semua mainan anak di atas lantai. Semuanya, tanpa terkecuali.

2. Pisahkan mainan yang masih dimainkan

Kumpulan mainan yang sedang dibereskan seorang anak perempuan

Proses memisahkan ini dilakukan oleh anak-anak. Jadi, biar mereka yang memutuskan mana mainan yang masih ingin dimainkan dan mana yang tidak. 

Ini adalah tahap yang paling lama, karena mereka suka terdistraksi dengan memainkan mainan yang lama gak mereka mainkan. Jadi, harus dimandorin biar lebih cepat, hehe.

Oiya, kadang yang bikin lama adalah proses tawar menawar seperti yang saya jelasin di awal tadi. 

3. Merapikan mainan yang masih dimainkan ke tempatnya masing-masing

Kumpulan mainan anak-anak yang telah dibereskan

Mainan yang masih dimainkan biasanya akan disimpan di box. Tapi di sesi beberes kali ini, mereka memutuskan buat dipajang aja kecuali boneka. 

Dipikir-pikir ya boleh juga, lagian mainan yang disimpan sudah jauh berkurang, jadinya pasti muat di rak. 

Kumpulan mainan anak-anak yang telah dibereskan dan terususun rapi di dalam rak mainan
Mainan yang masih dimainkan anak-anak

4. Mainan yang tidak dimainkan lagi: buang, jual atau donasikan (beserta kriterianya)

Setelah mereka memutuskan mana mainan yang masih disimpan, giliran saya yang beraksi. 

Mainan yang sudah tidak ingin disimpan akan saya  pisahkan ke dalam 3 kategori: dibuang, dijual dan didonasikan. 

Kriterianya apa saja? 

Kriteria mainan yang dibuang

Mainan yang dibuang adalah maianan yang sudah sangat rusak dan tidak layak main, misalnya lego yang patah, boneka yang sudah botak rambutnya, bola plastik bocor dan semacamnya. 

Biasanya ini nggak langsung dibuang ke tempat sampah, tapi saya jual ke pengepul barang bekas bersama sampah-sampah lain yang masih bisa saya ubah jadi duit, hehe. 

Waktu pertama kali melakukan decluttering mainan, mainan yang harus dibuang mencapai 1 karung besar! Saya sampai terbengong sendiri, kok bisa-bisanya saya menimbun sampah di dalam rumah sebanyak itu? 

Kriteria mainan yang akan dijual

Sedangkan mainan yang akan saya jual, memiliki kriteria yang masih relatif baru karena tidak/jarang dimainkan. 

Biasanya nggak langsung aku preloved ke marketplace sih, tapi kutawari ke adik saya yang masih punya anak kecil-kecil (meski harga jualnya seikhlasnya saja ya, hahaha) 

Kadang saya juga jual pas ada event garage sale buat acara amal di sekolah anak. Sebagian keuntungan bisa buat anak, sebagian lagi buat donasi. 

Kriteria mainan yang layak didonasikan

Kalau mainan yang saya kasih ke orang biasanya mainan bekas yang ada beberapa defect tapi masih layak main, misalnya hanya cat terkelupas, warna agak pudar, dll. 

Awalnya aku kasih ke orang-orang terdekat dulu sih, misal si Bibi yang suka sekali dapet lungsuran mainan anak-anak buat keponakannya. 

Kumpulan mainan anak-anak yang telah dibereskan di dalam box putih transparan

Akhirnya selesai sudah decluttering mainan kali ini. Sampai jumpa di decluttering mainan berikutnya, yang mungkin bakal lebih mudah dan lebih cepat dari yang sekarang. Semoga saja.